
sekedar menyaksikan dan ungun menuliskan tentang hajat besar di DPR RI yang menghabiskan dana hingga 2M.
1. Keterlambatan setiap kali memulai sidang
Mungkin tidak aneh hal ini terjadi apabila lingkupnya masih wilayah desa atau rapat RT atau rapat osis anak-anak SMA, SMP. Tapi ini terjadi di senayan, elit-elit politik nasional, wajah rakyat indonesia, perwakilan dari setiap daerah di indonesia. Lembaga tinggi negara. Sekali lagi NEGARA. Sungguh lucu ketika persidangan menjadi terlambat karena belum terpenuhinya kuota. Suatu hari ketika melihat tayangan sidang pansus di televisi, hampir setiap kali sidang akan di pending untuk istirahat, pimpinan sidang selalu menegaskan dan mengingatkan kepada seluruh anggota sidang untuk tidak terlambat. Wah, sungguh kejadian yang sangat bisa menjadi cerminan bangsa.
Maka jangan salahkan kalau anak-anak terlambat berangkat sekolah, jangan salahkan para pekerja telat ke kantor, jangan salahkan hampir setiap agenda yang kita ikuti mengalami kemoloran waktu, bagaimana tidak? Lha yang jadi panutan di DPR sana aja mencontohkan begitu.
2. Etika dalam pansus
Dalam sebuah kesempatan, Presiden Susilo Bambang Yodhoyono menyampaikan keprihatinannya terkait dengan etika orang-orang yang ada di pansus. Menjadi lucu karena etika ‘buruk’ di pansus justru dipicu oleh ‘binaan’ beliau sendiri di partai Demokrat (Ruhut Sitompul yang sampai mengeluarkan ‘bangsat’ dari lisannya)
Menkominfo, Tifatul Sembiring juga menyampaikan kalau etika di pansus perlu dibenahi, kata beliau Pansus tidak memberikan kesempatan pada saksi untuk menjawab hingga tuntas, pansus terlalu mencerca.. Ini juga menjadi lucu, coba jika dibandingkan dengan pansus bulog gate. Bahkan lebih parah cara bertanya anggota pansus dibanding di century gate ini. Tapi tak seorang politikuspun yang menyindir, wah ada apa ya...
Yang mendasar adalah anggota pansus (Ruhut Sitompul) menjadi cerminan masyarakat indonesia yang sudah mulai tak beretika.
3. Saling melempar tanggung jawab
Hal ini menarik, taruhlah kita melihat dan mengamati perilaku 3 orang. Sri Mulyani, Budiono, dan Jusuf kalla dalam kesaksiannya di sidang pansus. seluruhnya berpendapat masing-masing dan saling melempar tanggung jawab. lantas mau jadi apa masyarakat indonesia kalau leader-leader yang semestinya menjadi panutan justru memberi panutan yang tak senonoh, tak mau bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakuan. sekali lagi saya sampaikan wajar saja kalau sekarang ini banyak kita saksikan dalam masyarakat, orang-orang yang lari dari tanggung jawab.
4. Tidak ada anggota pansus yang artis dan rata2 adalah anak muda
anggota pansus yang terdiri dari 30 anggota dewan, tak terlihat satu nama artispun disana. menjadi pertanyaan bagi saya mengapa? apakah karena century adalah kasus yang berat sehingga kapasitas dewan-dewan artis tak sampai. atau bagaimana? haha
yang menarik lagi adalah usia anggota pansus yang terdaftar. rata-rata usianya muda. dan ini semakin membuktikan bahwa yang bisa menyelesaikan persoalan-persoalan rumit adalah para pemuda. jadi, berilah ruang untuk pemuda agar lebih bisa menunjukkan kapasitasnya.
Comments (0)
Post a Comment