Recent twitter entries...

Metamorfdiri #4

Kita tidak sedang berada pada lingkungan yang mendukung kita untuk jadi baik

“mas, sekarang aku aktiv di kegiatan mas, fokusnya dalam ranah pemberdayaan perempuan”
Ucap salah seorang teman, ya perbincangan yang diawali dengan obrolan ringan sampai temanku yang satu ini berucapa menceritakan aktivitas sosialnya. Dan tentu saja hal itu mengundang rasa ingin tahuku dan terjadilah perbincangan:
Aku : “wah seru tuh, bisa aktivitas di ranah social”
Temenku : “biasaa aja mas, dari pada di kos nganggur” sambil menyimpulkan senyum
Aku : “trus apa aktivitasnya di kegiatan itu?”
Temenku : dengan wajah bersemangat dia sampaikan “setiap malam minggu mas, kami akan pergi ke tempat-tempat yang dianggap sebagai lading orang pacaran dan berbuat termasuk tempat prostitusi mas”
Tambah penasaran aku
Aku : “trus apa yang kalian lakukan disana? Apa member penyuluhan? Atau dskusi? Atau apa?
Temenku : “bukan mas, itu standar. Tau apa yang kami lakukan?”
Aku : “apa?”
Temenku : “ kami bagi-bagi kondom!”
Aku : *maksa senyum
Temenku : “bagi kami mas, seks bebas itu sudah tidak bisa di cegah. Yang bisa dicegah adalah dampaknya mas, dan hasil surve kami membuktikan bahwa dampak yang paling ditakutkan oleh seorang yang melakukan seks bebas itu bukan HIV AIDS mas, tapi kehamilan. Oleh karena itulah, kami turun untuk membantu agar dampak kehamilan itu bisa direduksi”
MIRIS!!
Tapi begitulah realita lingkungan kita, yang barusan adalah kisah nyata bahwa ada sekelompokorang yang rela bersusah dalam rangka melanggengkan sebuah tindakan asusila bernama free sex, dengan alas an yang sangat manusiawi sebenarnya tetapi salah.
Miris, tapi begitulah realita lingkungan kita
Lihatlah disekeliling kita,
Warnet misalnya, sudah kaya hotel dengan tariff termurah, setiap bilik tertutup rapat bahkan bisa dikunci dari dalam, lengkap dengan fasilitas yang nyaman didalam bilik itu. Yang lebih parah bahka ada sebagian yang menyediakan link ke situs-situs yang tidak semestinya disaksikan. Jangan lupa, Indonesia adalah Negara terbesar ke 3 pengakses situs porno…
Itulah lingkungan kita, dan kita ada di dalamnya.
Contoh lain misal dalam ujian nasional, cek secara riset objektif berapa persen jumlah siswa yang tidak nyontek? Apa ada 10 % atau malah Cuma 1% ? malah ga ada kayaknya. Gimana ga nyontek, orang gurunya saja menganjurkan, sistemnya dibuat agar mempermudah proses nyontek tersebut, bahkan triknya pun diajari. Semuanya terkalahkan dengan ketakutan ketidaklulusan termasuk integritas diri!
Ya, pada akhirnya lulus, lulus uujian nasional sekaligus lulus mengalahkan integritas dirinya. Sukses dengan kelulusan dengan cara menghancurkan masa depanya.
Miris, tapi itulah lingkungan kita.
Semua akhlak baik rasanya harus tergusur kalau kita mau eksis dipanggung kehidupan.
Kuliah misal, dari proses masuk saja sudah ada peluang ketidak jujuran, peluang untuk curang, dengan cara “membeli” satu status mahasiswa. Setelah jadi mahasiswa juga banyak peluang ketidak jujuran, titib absen, nyontek pas ujian, mbayar orang buat ngerjain tugas, bahkan skripsi pun punya tukang. Bahkan tidak sedikit yang status sarjananya adalah melalui transaksi pasar bukan siding ilmiah. Sekali lagi miris.
Atau kalaupun seorang mahasiswa yang lurus sejak masuk sampai kelulusannya, dan setelahnya dia butuh pekerjaan, maka system(red:lingkungan) lagi-lagi memaksa dia untuk berbuat curang. Untuk masuk perusahaan, atau menjadi PNS selalu ada calo yang menjanjikan kelulusan dengan harga berjenjang bahkan. masyaAllah…
Percaya atau tidak tapi begitulah realita yang terjadi disekeliling kita.
Dan saya meyakini setiap kita pasti bisa menceritakan atau menguak kisah-kisah lain yang lebih miris, yang itu membuat kita bersepakat atau tidak sepakat harus menganggukan kepala bahwa kita sedang berada pada lingkungan yang tidak mendukung kita untuk menjadi baik.

Lantas?? Apa yang harus kita lakukan??
--bersambung#5--

Comments (0)